Cari Blog Ini

Minggu, 20 Februari 2011

Teori Naturalisme


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas rahmat dan berkah Allah SWT kami dapat mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh. Walaupun masih sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan, tapi berkat ketekunan dan usaha yang giat  sehingga dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Suatu studim pembelajaran bagi kami dengan mengerjakan tugas ini, sehingga dapat meningkatkan daya nalar khususnya dalam bidang pendidikan. Hal ini merupakan salah satu proses belajar yang sangat berharga dan dapat meningkatkan keterampilan serta pemikiran dan sikap ilmiah. Lagipula dapat menambah wawasan pemahaman yang lebih baik dengan pendekatan teoritis praktis.
Dengan adanya tugas dari pembimbing maka kami akan selalu siap menerima sajian materi dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengerjakannya dengan sebaik-baiknya.
Karena kami adalah pelajar yang senantiasa mengikuti tata tertib dan taat pada pembimbing. Kami ingin jadi seseorang yang berkualitas dan akan kami torehkan setetes embun segar pada orang tua dan agama. Karena itu, kami sangat berbahagia diberikan tugas dan dapat mengerjakannya dengan bagus sebagai indikator kami ingin menguasai pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi.
Kami selalu merenungkan kapan tugas kami selesai, karena kami tahu semua itu adalah jalan untuk menimba ilmu pendidikan. Tugas ini kami lakukan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan petunjuk dan panduan dari pembimbing. 
Kami mengucapkan terima kasih kepada pembimbing yang telah membimbing dan memberikan petunjuk untuk mengkaji pendidikan dengan berbagai aspek programnya. Juga terima kasih kepada teman-teman yang telah bersama-sama saling membantu dalam berbagai situasi dan kondisi.
Demikian tugas ini kami buat dengan sungguh-sungguh, semoga dapat bermanfaat bagi para pelajar, mahasiswa dan pembaca yang budiman.

                                                                           Makassar, 07 Desember  2010


PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Perkembangan kehidupan saat ini merupakan faktor utama banyaknya hal yang menyebabkan persoalan pendidikan memiliki keterikatan dengan filsafat. Salah satunya adalah pendidikan selalu berusaha membentuk kepribadian manusia sebagai subyek sekaligus obyek pendidikan. Dalam konteks ini,  pendidikan dihadapkan pada perumusan tujuan yang akan dicapai seseorang setelah pendidikan itu berlangsung. Setiap rumusan tujuan pendidikan selalu berupaya menjangkau kawasan paling ideal dan baik seperti; mandiri dan berguna (UU No. 20 Tahun 2003), dewasa (Langevel), atau insan kamil (Atiyah al-Abrasy).  Ilmu pengetahuan hanya menjadi mungkin jika keteraturan yang dibahas melalui hukum-hukum matematika. Tugas ilmu pengetahuan dalam pendidikan dapat dikatakan mengkaji dan menghubungkan semua keterauran yang teramati. Ilmu pengetahuan bertujuan untuk menjawab pertanyaan Bagaimana dan Mengapa. Namun, khusus untuk kasmologi, pertanyaan Mengapa ini memiliki titik tertentu pada kesulitan yan luar biasa. Sehingga formulasi tujuan pendidikan merupakan persoalan yang mendasar,  sehingga tidak mungkin dapat dirumuskan dan terjawab oleh analisis ilmiah yang dangkal, tetapi memerlukan analisis dan pemikiran filosofis.
Selain persoalan tujuan, seluruh aspek dalam pendidikan mulai dari konsep, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi membutuhkan pemikiran filosofis. Dari sini juga kemudian lahir aliran-aliran dan pemikiran yang berbeda pada para ahli dalam filsafat pendidikan. Salah satu di antara beberapa aliran filsafat pendidikan tersebut adalah Naturalisme.
Apa saja pemikiran para ahli tentang perkembangan Naturalisme? Lantas Bagaimana mengapalikasikan pemikiran filsafat Naturalisme tersebut terhadap perkembangan anak serta memaparkannya dalam pendidikan Islam? Dua pertanyaan ini layak dialamatkan kepada aliran filsafat pendidikan ini.





1.1                   Rumusan Masalah
Berpangkal dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dianggap perlu untuk mengembangkan suatu strategi. Dengan demikian dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
A.    Apa pengertian dari Naturalisme?
B.     Apa sajakah pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang aliran Naturalisme?
C.     Apa sajakh jenis-jenis aliran yang berperan dalam perkembangan anak?
D.    Bagaimana hubungan dan pengaruh aliran naturalisme terhadap perkembangan anak?
E.     Bagaimanakah perbandingan antara aliran naturalisme dengan realitas yang terjadi dewasa ini?
F.      Perbedaan Pandangan yang diadakan dalam Naturalisme mengenai umum dari alam?
G.    Bagaimanakah pandangan Islam terhadap aliran naturalisme?

1.2                   Tujuan
Secara garis besar, tujuan pokok yang harus dicapai dalam pembahasan materi ini adalah untuk mengetahui paham-paham pernah berkembang tentang pendidikan itu sendiri dan membandingkannya dengan realitas yang terjadi di sekeliling kita. Ada pula tujuan yang lain, yaitu untuk menambah wawasan serta latar belakang akan pendidikan.

1.3                   Manfaat
Secara umum, penyusunan materi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi penyusun materi yang lain. Hasil penyusunan ini terutama diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pembelajaran mata kuliah pengantar pendidikan. Secara khusus, hasil penyusunan materi ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam meninjau kembali mengenai perkembangan manusia







PEMBAHASAN

A.    Pengertian Naturalisme
Naturalisme mempunyai beberapa pengertian, yaitu :
 Dari segi bahasa, Naturalisme berasal dari 2 kata, yakni
ü  Natural               : Alami
ü  Isme                   : Paham
Sehingga, aliran naturalisme dapat juga disebut sebagai Paham Alami. Maksudnya, bahwa setiap manusa yang terlahir ke Bumi ini pada dasarnya memiliki kecenderungan atau pembawaan yang baik, dan tak ada seorangpun terlahir dengan pembawaan yang buruk.

B.     Pendapat Para Ahli tentang Aliran Naturalisme
Pendapat para ahli tentang Aliran Naturalisme, yaitu ;
ü  J.J Rosseau (Prancis, 1712-1778)
Dengan aliran naturalismenya, ia berpedapat dalam bukunya Emile: bahwa “Semua adalah baik pada waktu baru datang dari tangan sang pencipta, tetapi semua menjadi buruk di tangan manusia. 

ü  Schopenhauer (Jerman, 1788-1860)
Berpendapat bahwa, “semua anak yang lahir mempunyai pembawaan yang baik, tidak ada seorang pun yang lahir dengan pembawaan buruk.”
Aliran ini disebut juga aliran negativisme, karena pendidik hanya wajib membiarkan pertumbuhan anak didik dengan sendirinya atau diserahkan kembali kelingkungannya (alam). Dengan kata lain, anak tidak memerlukan pendidikan tetapi yang perlu dilakukan oleh seorang pendidik terhadap anak didiknya adalah menyerahkannya ke alam, agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak melalui proses kegiatan pendidikan itu.





C.     Jenis-Jenis Aliran yang Berperan pada Perkembangan Anak
Anak merupakan obyek utama dari pendidikan dan di dalam anak mempunyai pembawaan yang disebut bakat. Adapun aliran yang berpendapat bahwa pembawaan itu berperan pada perkembangan sebagai berikut;
1.      Aliran Nativisme
Perkembangan seorang anak ditentukan oleh pembawaannya.
2.      Aliran Naturalisme (JJ Rousseu)
Anak itu lahir sesuai dengan alamnya sendiri.
3.      Aliran Predestinasi/Predeterminasi

Perkembangan anak ditentukan oleh nasibnya.
Sedangkan aliran tentang lingkungan berperan pada perkembangan adalah sebagai berikut;
1.      Teori Tabularasa (John Lock)
“Anak dilahirkan dalam keadaan bersih, tidak ada pembawaan apa-apa seperti sehelai kertas yang masih kosong.”
2.      Emanual Kant
“Manusia tidak lain adalah hasil dari pendidikan, oleh karena itu berarti bahwa pendidikan sanggup membuat yang bagaimana saja.”

D.    Hubungan dan Pengaruh Aliran Naturalisme terhadap Perkembangan Anak
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rosseaou bahwa, “anak perlu dijauhkan dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat sehingga kebaikan anak-anak yang diperoleh secara alamiah sejak lahir itu dapat berkembang secara spontan dan bebas. Dan, Rosseaou juga mengusulkan adanya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaan, kemampuan, dan kecenderungannya. Menurutnya, pendidikan harus dijauhkan dari perkembangan anak-anak karena dapat menjauhkan anak dari segala hal yang bersifat dibuat-buat dan membawa anak kembali ke alam untuk mempertahankan segala hal yang baik yang telah diberikan oleh tangan sang pencipta di atas.


Jadi, pada intinya paham naturalisme ingin menjauhkan anak didik dari segala keburukan yang ada di sekitarnya. Dan membiarkan kebaikan yang telah tertanam dalam diri setiap anak didik tumbuh dan berkembang secara alamiah.
Dengan demikian, segala pembawaan, kemampuan dan kecenderungan anak didik dapat berkembang dengan bebas dan hebat. Karena setiap anak memiliki potensi yang unggul yang akan tumbuh menjadi prestasi cemerlang di masa yang akan datang.
Meskipun demikian, menurut Rosseau proses dan kegiatan pendidikan dapat diberlakukan pada anak didik. Namun harus diperhatikan bahwa pendekatan naturalistik untuk pendidikan harus memenuhi sifat anak, maksudnya adalah bahwa pendidikan harus beradaptasi dengan perkembangan kepribadian anak. Menurutnya untuk memanggil atau meningkatkan pendidikan anak haruslah menghormati kepribadian anak. Karena setiap anak memiliki kualitas khusus sendiri yang menentukan temperamen, kemampuan dan berkarakter temperamen atau harus diubah dan pembatasan, atau harus dikembangkan dan ditingkatkan.
Di samping itu, Rosseau menyalahkan pendidikan. Menurutnya, anak-anak seperti diberlakukan dan dipaksa menjadi seseorang yang dewasa. Seharusnya, anak-anak menilai dan mempertimbangkan sendiri, mencari dan mengolah sendiri, bahkan melakukan semuanya sendiri.
Selanjutnya, menurut Rosseau pendidikan harus mengikuti usia anak berdasarkan karakteristiknya. Dengan demikian, dalam periode yang berbeda tingkat focus anak terhadap pendidikan berbeda sesuai dengan usia dan kepribadiannya.  Sehingga bagi anak didik sangat mudah di adaptasi ke dalam kepribadiannya.
Adapun aspek perkembangan anak sejak ia dibentuk hingga mencapai kedewasaan diantaranya; perkembangan motorik, ingatan, pengamatan dan inovasi, perkembangan berpikir dan kepribadian serta kedewasaan. Dan dalam suatu pendidikan terdapat pula suatu lingkungan yang biasa kita sebut “Tri Pusat Pendidikan”, yaitu;
·           Lingkungan keluarga     : merupakan lingkungan pendidikan yang pertama karena dalam keluargalah seorang anak pertama-tama mendapatkan pendidikan.
·           Lingkungan sekolah      : merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga dan merupakan lanjutan pendidikan dalam keluarga serta merupakan jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan keluarga dan masyarakat.

·           Lingkungan masyarakat            : apabila anak tidak di bawah pengawasan orang tua dan anggota keluarga serta tidak di bawah pengawasan guru dan petugas sekolah yang lain. Lingkungan ini tidak berperan dalam mendidik hanya memberi pengaruh baik pengaruh positif maupun pengaruh yang negatif.

E.     Perbandingan antara Aliran Naturalisme dengan Realitas yang Terjadi Dewasa Ini
Secara realitas yang terjadi dewasa ini, yang terjadi di lingkungan nyata sangatlah bertolak belakang dengan paham naturalisme. Proses dan kegiatan pendidikan serta tenaga pendidik tak ubahnya berperan sebagai mediator dan fasilitator utama bagi anak untuk bisa berkembang dan maju pesat, mengasah potensi yang ada dalam diri anak menuju kualitas yang terbaik. Meskipun pada dasarnya anak sendirilah yang berperan penting bagi kemajuan dirinya, yang bekerja aktif untuk  menyongsong bakat yang ada dalam dirinya. Pendidik hanyalah bertugas mengarahkan anak didik sesuai bakat dan potensi yang dipancarkan dari dalam dirinya. Dan sebagai sumber  motivator sekaligus  inspirator  bagi anak untuk  mengembangkan kepribadiannya secara  logis.

F.      Perbedaan Pandangan yang Diadakan dalam Naturalisme Mengenai Umum dari Alam
Sebagai sistem proses alam, alam memiliki tingkat keteraturan yang membuatnya dapat dimengerti, tetapi tidak dapat dijelaskan secara keseluruhan. Juga bisa sebagai nilai moral yang mengekspresikan keseluruhan, nilai-nilai moral, bagaimanapun, mungkin muncul dalam hubungan antara manusia sebagai salah satu bagian dari alam dan sisanya dari alam sebagai bagian dari alam, manusia tunduk pada proses alami yang sah, intelijen muncul dari kehidupan aktif dari organisme dalam alam.
Perbedaan pandangan yang diadakan dalam naturalisme mengenai umum dari alam, yaitu ;
1.      Naturalisme Reduksionistik
Yang didominasi selama 17, 18, dan 19 abad, menyatakan bahwa semua benda alam direduksi untuk objek yang ditandai dengan ilmu fisik nature. Alam merupakan sistem yang ditentukan, dan manusia sebagai bagian dari alam yang ditentukan.





2.      Naturalisme Kontemporer
Menyatakan bahwa, semua benda yang berpengalaman dan kualitas sama-sama nyata dalam alam. Sebagai bgian dari alam,manusia nyata spontanitas dan kebebasan. Metode ilmiah sebagai metode penyelidik alam adalah cara menangani setiap konten yang menyatakan dirinya di dalam alam.

G.    Naturalisme dalam Pendidikan Islam
Al-Qur’an berulang kali menyuruh bertafakur dan bertadabbur mengambil hikmah dari penciptaan makhluk-makhluk yang ada di jagad raya (universe) ini. Melalui tafakur dan tadabur terhadap ciptaan Tuhan di jagad raya, manusia akan mengenal tempatnya dengan baik di antara makhluk-makhluk ciptaan Tuhan. Pengenalan terhadap posisi manusia di antara makhluk-makhluk-Nya ini yang oleh Muhammad Fadil al-Jamali dimasukkan sebagai salah satu tujuan pendidikan dalam Islam.
Dalam perspektif Al-Qur’an, alam diciptakan untuk manusia dan salah satu misi diciptakannya manusia adalah untuk mengelolah dan memakmurkan alam dengan sebaik-baiknya. Tugas ini merupakan bagian dari bentuk pengabdian manusia sebagai khalifah kepada penciptanya. Agar dapat mengolah dan memakmurkan alam, manusia perlu mengalami proses pendidikan, di mana alam telah menyediakan beragam fasilitas untuk kepentingan pendidikan ini.
Apa saja yang disediakan alam dapat difungsikan sebagai materi ajar atau sumber belajar sekaligus sebagai media pembelajaran. Dalam surah Ali Imran (3)  ayat 190 – 191 Allah berfirman:
Artinya :
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi dan perbedaan malam dan siang merupakan tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau sedang berbaring dan memikirkan penciptaan langit dan bumi…” (Q.S. Ali Imran (3) : 190-191)
Langit, bumi, siang dan malam disebut sebagai tanda-tanda atau ayat-ayatNya. Begitu juga apa saja yang ada di alam merupakan tanda-tanda akan kekuasaan dan adanya Allah. Untuk mengenal Allah sebagai pemilik alam, jalan yang paling dekat adalah dengan mempelajari tanda-tanda Allah di alam tersebut.


Syekh Makarim al-Syirazi dalam tafsir al-Amtsal ketika menafsirkan kalimat rabbul ‘alamin mengatakan bahwa rububiyatullah thariqun li ma’rifatillah. Salah satu jalan untuk mengenal Allah adalah dengan memperhatikan (mempelajari) bagaimana Allah menciptakan dan memelihara alam semesta. Allah mendidik manusia agar mempelajari bagaimana Allah menciptakan dan memelihara makhluk-makhlukNya yang bertebaran di jagat raya ini.
Studi terhadap makhluk-makhluk Allah di jagat raya (universe) ini telah terbukti mampu melahirkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang ada saat ini. Dalam konteks aliran filsafat pendidikan Naturalisme, pengenalan siswa secara langsung terhadap alam dengan berbagai bentuknya, akan melahirkan pemahaman yang jauh lebih baik terhadap obyek yang dipelajari dari pada membaca buku di dalam kelas.



















PENUTUP

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas kehendaknya penulisan makalah ini dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Dalam penyajian makalah ini selalu diawali dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dalam setiap kegiatan pendidikan.
Dalam aspek pendidikan, aliran naturalisme menganut paham bahwa proses dan kegiatan pendidikan serta pendidik tidak begitu memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan anak didik. Karena pada dasarnya setiap anak yang terlahir ke bumi ini memiliki pembawaan dan kecenderungan yang baik. Sehingga jika diserahkan melalui proses pendidikan, dikhawatirkan benih kebaikan tersebut akan rusak oleh lingkungan. Seharusnya pendidikan  sesuai dengan usia, karakteristik dan kepribadian anak didik. Dengan demikian, proses pendidikan terhadap anak tertata dengan baik.
 Kami menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan, masih memiliki banyak kekurangan yang perlu dibenahi. Untuk itu, kami akan selalu siap untuk menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini ke depannya.
Demikian tugas ini kami buat dengan sebaik-baiknya. Mudah-mudahan dapat membawa dampak positif   dan merupakan latihan belajar yang cukup berarti dalam kehidupan masa modern nantinya. Akhirnya kami berharap kepada pembimbing, bimbinglah dan temanilah daku selalu tuk menapak seluk beluk dunia pendidikan. Thank you very much; Learning long life.



                                                                           Makassar, 07 Desember 2010







Tugas Individu : Pengantar Pendidikan
Nama                 : Jamaluddin
NIM                   : 10536 03856 10
No. Urut                        : 15

NATURALISME

Naturalisme memiliki beberapa pengertian, berikut beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli yaitu:
v J.J Rousseau (perancis, 1712-1778)
Dengan aliran ini naturalismnya, ia berpendapat dalam buknya  Emile: bahwa “semua adalah baik pada waktu baru datang dari tangan sang pencipta, tetapi semua menjadi buruk ditangan manusia”.
v Schopenhauer (jerman, 1788-1860)
Berpendapat bahwa “semua anak yang baru lahir mempunyai pembawaan yang baik itu tidak ada seorang anak pun yang lahir dengan pembawaan buruk”.

Aliran ini disebut juga negativisme, karena pendidik hanya wajib membiarkan pertumbuhan  anak didik dengan sendirinya atau diserahkan kembali kelingkungannya(alam). Dengan kata lain anak tidak memerlukan pendidikan tetapi yang perlu dilakukan oleh seorang pendidik, terhadap anak didiknya adalah menyerahkan anak didik ke alam, agar pembawaan yang baik tidak menjadi rusak melalui proses dan kegiatan pendidikan itu. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rousseau bahwa “anak perlu dijauhkan dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat sehingga kebaikan anak-anak yang diperoleh secara alamiah sejak kelahirannya itu dapat berkembang secara spontan dan bebas dan ia juga mengusulkan dengan adanya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaan, kemampuan, kecenderungannya. Menurutnya pendidikan harus dijauhkan dalam perkembangan anak-anak karena dapat menjauhkan dari segala hal yang bersifat dibuat-buat dan membawa anak kembali ke alam untuk mempertahankan segala hal yang baik yang telah diberikan oleh tangan sang pencipta di atas”.

Dalam hubungannya dengan pendidikan dan perkembangan manusia, Schopenhauerjuga berpendapat bahwa ”hasil akhir dari pendidikan dan perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaannya sejak kelahiranya. Lingkungan  tidak berpengaruh sama sekali terhadap pendidikan dan perkembangan anak didik itu. Ia juga berkata “yang jahat akan menjadi jahat dan baik akan menjadi baik”.

Berbeda dangan pendapat kedua  ahli  tersebut, dalam ajaran islam, pandidkan sangatlah diperlukan bagi setiap anak, sebagaimana yang dikutip dalam sebuah ayat Ai-qur’an yang menyatakan bahwa “hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”dimana nilai berusaha menyampaikan kepada akan pentingnya sebuah pendidikan, khususnya pendidikan moral, akidah dan akhlak untuk setiap anak agar anak-anak bisa terhindar dari pergaulan bebas yang dapat menjerumuskan anak-anak terjerumus ke dalam jurang kehancuran. Damana tenaga pendidik yang paling berperan dalam memberikan pendidikan itu adalah orang tua dan guru, karena merekalah yang mampu melakukan pendekatan yang baik dengan anak.
Salah satu contoh adalah seorang anak yang jauh dari pengawasan orang tuanya, maka anak itu akan cenderung terjerumus dalam pergaulan bebas dan melakukan hal-hal diluar norma-norma agama. Karena disebabkan kurangnya kontroldan pendidikan agama atau siraman rohani yang diperoleh dari orang tuanya sehingga dapat dengan bebas melakukan tindakan yang melanggar norma-norma khususnya norma agama. Jadi dengan kata lain pendidikan sangatlah diperlukan untuk setiap anak khususnya pendidikan moral, akidah dan akhlak. Karena pendidikan dalam bentuk seperti itu sangat mempengaruhi pola tingkah laku individu dalam kehidupan kesehariannya.











Tugas Individu : Pengantar Pendidikan
Nama                 : Nur Annisa
NIM                   : 10536 03857 10
No. Urut                        : 16

THEORY TENTANG PERKEMBANGAN MANUSIA
Theory Naturalisme

Jika ditinjau dari segi bahasa, naturalisme berasal dari dua kata,yaitu natural yang artinya alami dan isme yang artinya paham. Maksudnya adalah bahwa setiap manusia yang terlahir ke bumi ini pada dasarnya memiliki kecenderungan atau pembawaan yang baik, dan tak ada seorang pun terlahir dengan pembawaan yang buruk.
Dalam aspek pendidikan, aliran ini menganut paham bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak didik itu akan berproses dengan sendirinya. Jadi proses pendidikan dan pendidik tidak berpengaruh bahkan tidak diperlukan dalam perkembangan anak didik. Karena fitrahnya, setiap anak telah memiliki pembawaan yang baik dalam dirinya sejak lahir, sehingga apabila diserahkan melalui proses dan kegiatan pendidikan, maka dikhawatirkan anak didik akan terkontaminasi dengan hal-hal buruk yang ada di sekitarnya.
Jadi, pada intinya paham naturalisme ingin menjauhkan anak didik dari segala keburukan yang ada di sekitarnya. Dan membiarkan kebaikan yang telah tertanam dalam diri setiap anak didik tumbuh dan berkembangsecara alamiah, spontan dan bebas.
Anak didik tidak perlu terhubung dengan masyarakat luas, karena hal ini dapat memberikan aura negatif dalam dirinya dan mengacaukan benih kebaikan yang telah tertanam dalam dirinya. Melainkan anak didik deibiarkan bermain secara bebas dan berinteraksi secara alamiah.



Dengan demikian, segala pembawaan, kemampuan dan kecenderungan anak didik dapat berkembang dengan bebas dan hebat. Karena setiap anak memiliki potensi yang unggul yang akan tumbuh menjadi prestasi cemerlang di masa yang akan datang.
Meskipun demikian, menurut Rosseau proses dan kegiatan pendidikan dapat diberlakukan pada anak didik. Namun harus diperhatikan bahwa pendekatan naturalistik untuk pendidikan harus memenuhi sifat anak, maksudnya adalah bahwa pendidikan harus beradaptasi dengan perkembangan kepribadian anak. Menurutnya untuk memanggilatau meningkatkan pendidikan anak haruslah menghormati kepribadian anak.Karena setiap anak memiliki kualitas khusus sendiri yang menentukan temperamen kemampuan dan berkarakter, temperamen atau haru diubah dan pembatasan, atau harus dikembangkan dan ditingkatkan.
Di samping itu, Rosseau menyalahkan pendidikan. Menurutnya, anak-anak seperti diberlakukan dan dipaksa menjadi seseorang yang dewasa. Seharusnya, anak-anak menilai dan mempertimbangkan sendiri, mencari dan mengolah sendiri, bahkan melakukan semuanya sendiri.
Selanjutnya, menurut Rosseau pendidikan harus mengikuti usia anak berdasarkan karakteristiknya. Dengan demikian, dalam periode yang berbeda tingkat focus anak terhadap pendidikan berbeda sesuai dengan usia dan kepribadiannya.  Sehingga bagi anak didik sangat mudah di adaptasi ke dalam kepribadiannya.
Namun, secara realitas yang terjadi dewasa ini, yang terjadi di lingkungan nyata sangatlah bertolak belakang dengan paham tersebut. Proses dan kegiatan pendidikan serta tenaga pendidik tak ubahnya berperan sebagai mediator dan fasilitator utama bagi anak untuk bisa berkembang dan maju pesat, mengasah potensi yang ada dalam diri anak menuju kualitas yang terbaik. Meskipun pada dasarnya anak sendirilah yang berperan penting bagi kemajuan dirinya, yang bekerja aktif untuk  menyongsong bakat yang ada dalam dirinya. Pendidik hanyalah bertugas mengarahkan anak didik sesuai bakat dan potensi yang dipancarkan dari dalam dirinya. Dan sebagai sumber  motivator sekaligus  inspirator  bagi anak untuk  mengembangkan kepribadiannya secara  logis.    
    
                                




Tugas Individu : Pengantar Pendidikan
Nama                 : Musliadi
NIM                   : 10536 03858 10
No. Urut                        : 17

Naturalisme

A.    Pengertian Naturalisme
Naturalisme mempunyai beberapa pengertian, yaitu :
 Dari segi bahasa, Naturalisme berasal dari 2 kata, yakni
ü  Natural               : Alami
ü  Isme                   : Paham
Sehingga, aliran naturalisme dapat juga disebut sebagai Paham Alami. Maksudnya, bahwa setiap manusa yang terlahir ke Bumi ini pada dasarnya memiliki kecenderungan atau pembawaan yang baik, dan tak ada seorangpun terlahir dengan pembawaan yang buruk.
B.     Pendapat Para Ahli tentang Aliran Naturalisme
Pendapat para ahli tentang Aliran Naturalisme, yaitu ;
ü  J.J Rosseau (Prancis, 1712-1778)
Dengan aliran naturalismenya, ia berpedapat dalam bukunya Emile: bahwa “Semua adalah baik pada waktu baru datang dari tangan sang pencipta, tetapi semua menjadi buruk di tangan manusia. 
ü  Schopenhauer (Jerman, 1788-1860)
Berpendapat bahwa, “semua anak yang lahir mempunyai pembawaan yang baik, tidak ada seorang pun yang lahir dengan pembawaan buruk.”
Aliran ini disebut juga aliran negativisme, karena pendidik hanya wajib membiarkan pertumbuhan anak didik dengan sendirinya atau diserahkan kembali kelingkungannya (alam). Dengan kata lain, anak tidak memerlukan pendidikan tetapi yang perlu dilakukan oleh seorang pendidik terhadap anak didiknya adalah menyerahkannya ke alam, agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak melalui proses kegiatan pendidikan itu.


C.     Jenis-Jenis Aliran yang Berperan pada Perkembangan Anak
Anak merupakan obyek utama dari pendidikan dan di dalam anak mempunyai pembawaan yang disebut bakat. Adapun aliran yang berpendapat bahwa pembawaan itu berperan pada perkembangan sebagai berikut;
1.      Aliran Nativisme
Perkembangan seorang anak ditentukan oleh pembawaannya.
2.      Aliran Naturalisme (JJ Rousseu)
Anak itu lahir sesuai dengan alamnya sendiri.
3.      Aliran Predestinasi/Predeterminasi

“Aliran Naturalisme Tentang Perkembangan Manusia”
Naturalisme berasal dari kata “NATURE”. Kadang mendefinisikan “NATURE” hanya dalam makna dunia material saja. Sesuatu selain secara fisik secara otomatis menjadi “SUPRA NATURAL” tetapi dalam realita, alam terdri dari alam maerial dan alam spritual, masing-masing dengan hukumnya sendiri. Era pencerahan , misalnya memahami alam bukan sebagai keberadaan benda-benda fisik tetapi sebagai asal dan pondasi keenaran. Ia tidak memperlawankan material dengan spritual, istilah itu mencakui bukan hanya alam fisik akan tetapi juga alam intelektual dan moral.
Salah satu ciri yang paling menakjubkan darialam semesta adalah keteraturan. Benak manusia sejak ri, peredaran planet-planet dan susunan bintang-bintang yang bergeser teratur dari malam ke malam sejak pertama kali manusia menyadari keberadaanya di dalam alam semesta, hanya merupakan contoh-contoh sederhana.
Ilmu pengetahuan itu sendiri anya menjadi mungkin hanya karena keteraturan tersebut yang kemudian di bahasakan melalui hukum-hukum matematika. Tugas lmu pengetahuan umumnya dapat di katakan sebagai menelaah, mengkaji, menghubungkan semua keteraturan yang teramti. Ilmu pengetuhuan bertujuan menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa. Namun, khusus untuk kasmologi, pertanyaan mengapa ini titik tertentu mengalami kesulitanyang luar biasa.
Sebagai suatu telaah mengenai alam semesta, kosmologi abad ke-20 yang di kenal selama ini berkembang dan di terima sebagai sistetis besar di berbagai cabang ilmu pengetahuan alam. Kosmologi ini berupaya memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenaistruktur spasial,temporal, dan komposisional alam semesta skala besardengan makud mempersatukan tampilan dan sifat alam semesta teramati ke dala suatu hipotesis yang akan mendefinisikan dan mengartkan struktur dan evolusinya.
Kosmologi, mengalama kemajuan yang luar biasa pesat terutama arena dukungan kecanggihan piranti pengamatan astronomis , serta laborotorium fisikah sarah yang mampu menyediakan ‘ruang waktu’ mirip masa lampau alam semesta ini.
Sementara teori-teori fisika kontenporer menydiakan tetapan-tetapan dasar yang memunginkan perilaku berbagai tampilan alam semesta dalam skala yang berbeda-beda kian di mengerti. Fahaman-fahaman yang di ajarkan yaitu;
1.      Plato [427-347 SM]
Salah satu analisis dasar adalah peredaan yang nyata antara gejala{fenomena} dan bentuk ideal eidos}, di mana plato berpendapat bahwa\berpandagn bahwa di smping dunia fenomen yang keihatan, tardapat suatu dunia lain, yakni dunia eids [tidak kelihatan}
2.      Aristoteles {384-322 SM}
Aristoteles menyatakan bahwa makhluk hidup di dunia ini terdiri atas 2 prinsip, yakni :
a.       Prinsip formal, yakni bentuk atau hakkat adalah apa yang mewuudkan makhluk hidup tertentu dan menentukan tujuanya.
b.      Prinsip material, yakni materi adalah apa yang merupakan dasar semua makhluk.

3.      Wiliam R. Dennes {filsuf modern}
a.       Kejadian dianggap sebagai kategori pokok, bahwa keadian merupaka hakekat terdalam dari kenyataan, artinya apapun yang bersifat nyata, pasti termasuk dalam kategori alam.
b.      Yang nyata pasti ada yang bereksistensi, sesuatu yang di anggap terdapatdi luar ruangan dan waktu tidak mungkin merupakan kenyataan dan apapun yang di anggap tidak mungkin di tangani dengan menggunakan metode-metode yang di gunakan dalam ilmu-ilmu alam tidak mungkin merupakan kenyataan.
c.       Analisa terhadap ejadian-keadan,bahwa faktor-faktor penyusun sengenap kejadia ialah protes, kualitan dan relasi.
d.      Masalah hakekat terdalam merupakan masalah ilmu. Bahwa seenap kejadian baik kerohanian,kepribadian dan sebaganya dapat d luksikan kategori-kategori proses, kualitas dan relasi.

Tugas Individu : Pengantar Pendidikan
Nama                 : A.Nur’Aisyah
NIM                   : 10536 03859 10
No. Urut                        : 18
NATURALISME
Naturalisme adalah posisi filosofis yang menyatakan bahwa semua yang ada adalah alam dengan kata lain, merupakan bagian dari spatio – proses temporal alam- atau, bahwa jika ada semacam objek nonnatural mungkin ada, diketahui hanya melalui dampaknya dalam alam. Segala sesuatu yang bisa dialami adalah dalam statio urutan temporal alam. Sebagai sistem proses alam, alam  memiliki tingkatan keteraturan yang membuatnya dapat dimengerti, tetapi tidak dapat dijelaskan secara keseluruhan. Juga bisa sebagai nilai moral yang mengekspresikan keseluruhan.
Perbedaan pandangan yang diadakan dalam naturalisme mengenai kerakter umum dari alam. Naturalisme reduksionistik, yang didominasi selama 18, dan 19 anad 17, menyatakan bahwa samua benda alam direduksi untuk objek yang ditandai dengan ilmu fisik nature. Alam adalah sistem ditentukan dan manusia, sebagai bagian dari alam ditentukan nilai tadak nyata. Naturalisme Kontemporer,bagaimanapun menyatakan bahwa semua benda yang berpengalaman dan kualitas sama- sama nyata dalam alam. Kategori- kategori ilmu pengetahuan jangan dibuang  ke realitas alam. Kekayaan, karagaman, spontanitas dan dimensi nilai yang ada dalam alam yang menghindari kategori dari ilmuan fisik tetapi yang segera berpengalaman dalam interaksi manusia dengan alam. Sebagai bagian dari alam, manusia nyata spontanitas dan kebebasan. Metode ilmiah, sebagai metode penyalidikan alam, adalah cara menangani setiap konten yang menyatakan dirinya di dalam alam.
Anak merupakan obyek utama dari pendidikan dandi dalam anak mempunyai pembawaan yang di sebut Bakat. Adapun aliran yang berpendapat bahwa pembawaan itu berperan pada perkembangan sebagai berikut:
1.                       Aliran nativisme “perkembangan seorang anak ditentukan oleh pembawaannya”.
2.                       Aliran naturalisme (JJ Rousseu)”anak itu lahir dengan sifat- sifatnya sesuai dengan alam sendirinya”.
3.                      Aliran predestinasi / predeterminasi”perkembangan anak ditentukan oleh nasibnya”.







Sedangkan aliran lingkungan berperan pada perkembangan adalah sebagai berikut:
a.       Teori tabularasa (John Lock) : “anak dilahirkan dalam keadaan bersih, tidak ada pembawaan apa- apa seperti sehelai kertas yang kosong”.
b.      Emanual kant “manusia tidak lain adalah hasil dari pendidikan, oleh karena itu berarti bahwa pendidikan sanggup membuat manusia yang bagaimana saja”.

Menurut Wilhelm yang terkenal danga teori konvergensinya “perkembangan anak itu tidak hanya di tentukan oleh pembawaannya saja dan juga lingkungan saja. Aspek perkembangan anak sejak ia dibentuk hingga mencapai kedewasaan diantaranya : perkembangan motorik, ingatan, pengamatan dan inovasi, perkembangan berpikir dan kpribadianserta kedewasaan.
Dalam suatu pendidikan terdapat suatu lingkungan yang biasa kita sebut tri pusat pendidikan, yaitu:
·         Lingkungan keluarga: merupakan lingkungan pendidikan yang pertama karena dalam anak pertama- tama mendapatkan didikan dan bimbingan.
·         Lingkunga sekolah: merupakan bagian dari pendidikan dalamkeluarga dan merupakan lanjutan pendidikan dalam keluarga serta merupakan jembata bagi anak yang menghubungkan kehidupan keluaraga dengan masyarakat.
·         Lingkungan masyarakat: apabila anak tidak di bawah penguasaan orang tua dan anggota keluarga yang serta tidak di bawah pengawasan guru dan petugas sekolah yang lain. Lingkunga ini tidak berperan dalam mendidik hanya memberi pengaruh.
Selain lingkungan di atas dapat dibedakan sebagai berikut:
1.    Lingkungan alam: lingkungan ini bersifat klimatologis, geografis dan keadaan tanah.
2.    Lingkungan sosial: lingkungan ini dibagi dua yaitu sosial keluarga dan masyarakat.














Tugas Individu : Pengantar Pendidikan
Nama                 : Zurianah
NIM                   : 10536 03862 10
No. Urut                        : 21

Naturalisme, Teori, Implikasi, dan Aplikasi

Jhon S. Brubacher, seorang Professor di bidang Sejarah dan Filsafat Pendidikan dari Universitas Yale Amerika Serikat dalam bukunya “A History of the Problems of Education” menyebutkan bahwa persoalan-persoalan pendidikan sudah sejak dahulu kala telah memiliki keterikatan yang sangat erat (closely inter-related) dengan persoalan-persoalan filsafat
Banyak hal yang menyebabkan persoalan pendidikan memiliki keterikatan dengan filsafat. Salah satunya adalah pendidikan selalu berusaha membentuk kepribadian manusia sebagai subyek sekaligus obyek pendidikan. Dalam konteks ini,  pendidikan dihadapkan pada perumusan tujuan yang akan dicapai seseorang setelah pendidikan itu berlangsung. Setiap rumusan tujuan pendidikan selalu berupaya menjangkau kawasan paling ideal dan baik seperti; mandiri dan berguna (UU No. 20 Tahun 2003), dewasa (Langevel), atau insan kamil (Atiyah al-Abrasy).  Formulasi tujuan pendidikan merupakan persoalan yang mendasar dan dalam,  sehingga tidak mungkin dapat dirumuskan dan terjawab oleh analisis ilmiah yang dangkal, tetapi memerlukan analisis dan pemikiran filosofis.
Selain persoalan tujuan, seluruh aspek dalam pendidikan mulai dari konsep, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi membutuhkan pemikiran filosofis. Dari sini juga kemudian lahir aliran-aliran pemikiran dalam filsafat pendidikan. Salah satu di antara beberapa aliran filsafat pendidikan tersebut adalah Naturalisme.
Apa saja pemikiran filsafat Naturalisme di bidang pendidikan? Lantas Bagaimana mengpalikasikan pemikiran filsafat Naturalisme tersebut dalam pendidikan Islam? Dua pertanyaan ini layak dialamatkan kepada aliran filsafat pendidikan ini.




B. Percikan Pemikiran Naturalisme
Aliran filsafat pendidikan Naturalisme lahir sebagai reaksi terhadap aliran filasafat pendidikan Aristotalian-Thomistik. Naturalisme lahir pada abad ke 17 dan mengalami perkembangan pada abad ke 18. Naturalisme berkembang dengan cepat di bidang sains. Ia berpandangan bahwa “Learned heavily on the knowledge reported by man’s sense”. Filsafat pendidikan ini didukung oleh tiga aliran besar yaitu Realisme, Empirisme dan Rasionalisme. Semua penganut Naturalisme merupakan penganut Realisme, tetapi tidak semua penganut Realisme merupakan penganut Naturalisme. Imam Barnadib menyebutkan bahwa Realisme merupakan anak dari Naturalisme. Oleh sebab itu, banyak ide-ide pemikiran Realisme sejalan dengan Naturalisme. Salah satunya adalah nilai estetis dan etis dapat diperoleh dari alam, karena di alam tersedia kedua hal tersebut. Dimensi utama dan pertama  dari pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme di bidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam. Filsuf yang pertama kali memperhatikan dan memberikan konsidensi terhadap orientasi pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme adalah Johan Amos Comenius (1592–1670).
Sebagai pendeta Protestan sekaligus paedagog, ia berpandangan bahwa manusia itu diciptakan oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Manusia diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuannya dalam berfikir. Percikan pemikiran Comenius berpengaruh pada teori-teori pendidikannya. Salah satunya adalah peserta didik harus dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan. Untuk itu pendidikan yang signifikan dengan pandangannya adalah pendidikan ketuhanan, budi pekerti dan intelek. Pendidikan tidak hanya sekedar untuk menjadikan seseorang mau belajar, melainkan juga untuk menjadikan seseorang lebih arif dan bijaksana.
Dalam pendidikan dan pengajaran, Comenius menggunakan hukum–hukum alam sebagai contoh yang senantiasa tertib dan teratur. Hukum alam memiliki ciri sebagai berikut :
1. Segalanya berkembang dari alam
2. Perkembangan alam serba teratur, tidak meloncat–loncat melainkan terjadi secara  bertahap.
3. Alam, berkembang tidak tergesa–gesa melainkan menunggu waktu yang tepat, sambil mengadakan persiapan.
Dalam bukunya yang berjudul Didagtica Magna (The Great Didactic) ia berkomentar,
If we wish to find a remedy for the defects of nature, it is in nature herself that we must look for it. Since it is certain that art can do nothing unless it imitates nature.
Dalam proses pendidikan, seperti pendahulunya Wolfgang Ratke, Comenius juga berpendapat tentang prosedur dalam bidang pendidikan bahwa dari pada membuat kerusakan pada proses alam, lebih baik bersahabat dengan proses alam tersebut. Pendapatnya ini berimplikasi pada pelaksanaan pendidikan dengan keharusan tidak merusak alam dan meniru perkembangan alam.
Alam berkembang dengan teratur dan menurut aturan waktu tertentu. Tidak pernah terjadi dalam perkembangan alam, seekor kupu-kupu tiba-tiba dapat terbang tanpa terlebih dahulu mengalami proses perkembangan mulai dari ulat menjadi kepompong dan seterusnya berubah menjadi kupu-kupu. Begitu juga perkembangan alam yang lain, buah apapun di dunia, selalu bermula dari bunga.
Tidak pernah terjadi lompatan tiba-tiba sebatang pohon mangga mengeluarkan buah mangga tanpa sebelumnya didahului oleh munculnya bunga mangga. Apabila pendidikan menganut aliran ini, maka setiap proses pendidikan hendaknya mengikuti pola tadarruj (bertahap) sesuai dengan perkembangan alam. Artinya proses pendidikan tidak dilakukan secara tergesa-gesa, melainkan dilakukan secara terencana dan bertahap sesuai dengan tahapan perkembangan fisik dan psikis peserta didik.
Perkembangan yang tertjadi di alam merupakan cermin bagi manusia untuk bertafakur dan bertadabbur. Tidak pernah terjadi dalam sejarah pertumbuhan dan perkembangan makhluk yang ada di alam menyimpang dari potensi yang dimilikinya. Semuanya tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi masing-masing.
Thomas Armstrong barangkali merupakan pakar pendidikan yang dapat mengelaborasi dengan baik pembelajaran dengan cara bertahap dan sesuai dengan perkembangan alam. Dalam In Their Own Way Asmtrong  mendiskripsikan dengan sangat baik bagaimana sebuah sekolah yang inging dibangun oleh para binatang besar untuk binatang kecil di dalam hutan. Sejak awal para binatang besar bingung menentukan materi ajar terpenting yang akan dipakai di sekolah tersebut, meskipun pada akhirnya disepakati bahwa semua binatang kecil harus mengikuti materi ajar yang diberlakukan, yaitu; berlari, berenang, terbang, memanjat, dan menggali.
Semula sekolah tersebut penuh keceriaan dan menyenangkan. Namun pada hari-hari berikutnya persoalan mulai muncul ketika Kelinci yang memiliki potensi alamiyah dan jago dalam berlari harus mengikuti materi pelajaran renang. Hampir saja si Kelinci tenggelam. Malu bercampur haru menjadi satu dalam diri Kelinci dan pada akhirnya Kelinci pun minder pada binatang lain, terutama pada ikan. Ia berusaha sedemikian rupa agar bisa berenang, sehingga tidak pernah lagi dapat berlari secepat sebelumnya. Potensi berlari yang merupakan kemampuan alami utamanya terlupakan dan menjadi “loyo” akibat kebanyakan mengikuti les renang.
Problem yang sama dialami juga oleh binatang yang lain, tidak terkecuali oleh burung Elang yang jago terbang. Ketika burung Elang mengikuti  materi pelajaran menggali, ia tidak mampu melakukan tugas-tugas yang diberikan oleh binatang besar sebagai gurunya. Elang pun sedih, karena nilai raportnya merah dan harus mengulang materi pelajaran menggali. Pelajaran menggali rupanya menyita waktu Elang, sehingga ia lupa cara terbang yang sebelumnya sangat dikuasai dan menjadi potensin alamnya yang menonjol.
Semakin hari sekolah tersebut bukan menjadikan binatang kecil semakin mahir dalam mengembangkan potensi alamiyah dan bakat masing-masing, tetapi justru mengileminir potensi dan bakat beberapa binatang yang mengikuti pembelajaran. Hal ini terjadi karena para binatang kecil dipaksa melakukan hal-hal yang tidak menghargai potensi, sifat dan bakat alami mereka. Pemikiran kritis seperti ini diangkat sedemikian rupa oleh Asmtrong dengan baik agar dalam pendidikan segalanya dapat berkembang sesuai dengan potensi dan bakat masing-masing yang telah diberikan oleh alam.
Dimensi kedua dari filsafat pendidikan Naturalisme yang juga dikemukakan oleh Comenius adalah penekanan bahwa belajar itu merupakan kegiatan melalui Indra. Belajar melalui indra merupakan inti dari metode belajar Naturalistik.
Baik Comenius maupun pendahulunya Wolfgang Ratke menekankan pentingnya pengalaman pemahaman tentang sesuatu. Seperti yang disarankan oleh Wolfgang Ratke pada para guru. Guru, kata Ratke pertamakali hendaknya mengenalkan benda kepada anak lebih dahulu, baru setelah itu penjelasan yang diperinci (exposition) tentang benda tersebut.
Sedang Comenius menasehatkan kepada para guru bahwa sesuatu itu harus digambarkan dengan simbol secara bersama–sama. (Thing and symbol should accompany each other). Dalam mempresentasikan gagasan ini Comenius menulis sebuah buku berjudul Orbis Pictus (Dunia dalam Gambar).
Naturalisme di bidang pendidikan juga dielaborasi oleh kerangka pemikiran John Locke (1632–1704) dalam buku Essay Concerning Human Understanding. Ia mengemukakan bahwa teori dalam jiwa diperoleh dari pengalaman nyata. Dalam formulasi redaksi yang berbeda dengan maksud yang sama John Locke mengatakan bahwa, tidak ada sesuatu dalam jiwa tanpa melalui indra.
Kesimpulan lebih lanjut dari statement Locke adalah jiwa senantiasa kosong dan hanya terisi apabila ada pengalaman. Oleh karena alam merupakan spot power bagi pengisian jiwa, maka proses pendidikan harus mengikuti tata-tertib perkembangan alam. Kalau alam serba teratur, ia menghendaki pengajaranpun harus teratur. Mata pelajaran harus diajarkan secara berurutan (sequence) , step by step dan tidak bersamaan, misalnya: membaca dulu sampai bisa, kemudian diikuti dengan pembelajaran menulis, demikian selanjutnya.
Ide–ide  Locke tersebut berseberangan dengan pandangan Platonic Notion, yang mengatakan bahwa manusia itu lahir dengan ide (gagasan) pembawaan seperti ide tentang Tuhan, rasa tentang benar dan salah, kemampuan–kemampuan logik tentang prinsip–prinsip kontradiksi yang secara otomatis tanpa melalui belajar. Bagi Locke semua itu harus dipelajari melalui pemahaman. Oleh sebab itu, Locke berkata “baik buruknya anak (peserta didik) tergantung pada pendidiknya”. Teori inilah yang kemudian melahirkan konsep Tabularasa atau Blanksheet dalam pendidikan.
Dimensi ketiga dari filsafat pendidikan Naturalisme adalah pentingnya pemberian pemahaman pada akal akan kejadian atau fenomena dan hukum alam melalui observasi. Seperti yang dialami Copernicus, bahwa pemahaman kita akan menipu kita, apabila kita berfikir bahwa mataharilah yang mengelilingi bumi, padahal sebenarnya bumilah yang mengelilingi matahari. Pendapat Copernicus di atas sangat berpengaruh pada abad ke 18, sehingga abad ini dikenal dengan sebutan abad rasio (age of reason) atau Rasionalisme.
J. H. Pastolozzi seorang paedagog berkebangsaan Swiss merupakan orang yang pertamakali sukses dalam menempatkan antara teori dan praktek pendidikan menjadi satu kesatuan hukum–hukum potensi manusia. Oleh sebab itu Pastolozzi berkata, pendidikan hendaknya dilaksanakan secara harmonis, yaitu yang meliputi berbagai segi dari hukum–hukum potensi manusia (multy purposes), segi jasmani, kejiwaan, segi sosial, segi susila, dan segi agama. Dengan demikian tujuan pendiddikan adalah memimpin anak menjadi orang baik dengan jalan mengembangkan daya–daya pada anak, karena pendidikan pada hakekatnya tidak lain daripada pemberian pertolongan, agar anak dapat menolong dirinya. Dalam bahasanya sendiri ia mengatakan pendiddikan adalah “Pertolongan untuk pertolongan diri“ (Hilfe zur Selbsthilte).
Demensi terakhir dari pemikiran naturalistik juga dikembangkan oleh Jean Jacques Rousseau berkebangsaan Prancis yang naturalis mengatakan bahwa pendidikan dapat berasal dari tiga hal, yaitu ; alam, manusia dan barang. Bagi Rousseau seorang anak harus hidup dengan prinsip-prinsip alam semesta.Rousseau (1712 – 1778) menghasilkan buku yang sangat monomental berjudul Emile Ou de L’Education. Buku ini terdiri atas lima jilid dan merupakan buku roman pendidikan dengan pemeran utama Emile dan Sophie. Secara bertahap Rousseau menuangkan fikiran-fikirannya tentang pendidikan dalam buku ini. Jilid pertama berisi tentang perawatan jasmani peserta didik (Emile) yang dapat dilakukan sampai umur 7 tahun. Sementara jilid kedua berisi tentang pendidikan jasmani Emile. Jilid ketiga berisi tentang pendidikan intelek, jilid keempat mengupas pendidikan tentang pendidikan akhlak dan agama dan jilid terakhir atau kelima mengulas tentang pendidikan wanita dan kesusilaan.

C.  Implikasi Naturalisme di Bidang Pendidikan
Fenomena menarik di bidang pendidikan saat ini adalah lahirnya berbagai model pendidikan yang menjadikan alam sebagai tempat dan pusat kegiatan pembelajarannya. Pembelajaran tidak lagi dilakukan di dalam kelas yang dibatasi oleh ruang dan waktu an sich, tetapi lebih fokus pada pemanfaatan alam sebagai tempat dan sumber belajar. Belajar di dan dengan alam yang telah menyediakan beragam fasilitas dan tantangan bagi peserta didik akan sangat menyenangkan. Tinggal kemampuan kita bagaimana “mengekploirasi” sumber daya alam menjadi materi pelajaran yang sangat berguna.
Dalam buku Quantum Learning Bobbi De Porter mengatakan “Dengan mengendalikan lingkungan Anda, Anda melakukan langkah efektif pertama untuk mengendalikan seluruh pengalaman belajar Anda”. Bahkan sekiranya saya harus menyebutkan salah satu alasan mengapa program kami berhasil membuat orang belajar lebik baik, saya harus menyebutkan karena kami berusaha menciptakan lingkungan optimal, baik secara fisik maupun emosional.
Bobbi De Porter juga yang pertama kali mengenalkan model pendidikan Quantum secara terprogram dengan nama Super Camp. Ia menjadikan alam sebagai tempat pembelajaran. Peserta didik dengan bebas “mengeksploirasi” apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan di alam.  Guru menempatkan dirinya sebagai mitra peserta didik dalam berdiskusi menyelesaikan problem yang ditemukan di alam. Out put dari model pendidikan Quantum ini terbukti memiliki keuunggulan kompetitif lebih baik dibandingkan out put model pendidikan konvensional yang dilakukan di dalam kelas. Melalui Super Camp peserta didik lebih leluasa memanifestasikan subyektifitasnya yang sangat jarang ditemukan dalam praktik pendidikan konvensioal dalam kelas di sekolah.
Jika di kelas subyektifitas peserta didik tertekan oleh otoritas guru, maka di alam, guru dan peserta didik dapat dengan leluasa menciptakan hubungan yang akrab satu sama lain. Dari hubungan yang akrab ini lebih lanjut terjadi hubungan emosional yang mendalam antara guru dengan peserta didiknya. Dalam kondisi seperti ini, subyektifitas peserta didik dengan sendirinya akan mengalir dalam diskusi dengan guru di mana telah tercipta suasana belajar yang kondusif.
Saat ini konsep back to nature tidak saja dikembangkan dalam pendidikan, tetapi juga dikembangkan dalam dunia kedokteran. Orang mulai melirik obat-obatan yang disediakan oleh alam, karena obat-obatan yang dihasilkan oleh dunia farmasi dan kini beredar terbukti memiliki side effect yang lain bagi kesehatan manusia. Barangkali inilah salah satu implikasi dari filsafat Naturalisme di luar bidang pendidikan saat ini.

D. Aplikasi Naturalisme dalam Pendidikan Islam
Al-Qur’an berulang kali menyuruh bertafakur dan bertadabbur mengambil hikmah dari penciptaan makhluk-makhluk yang ada di jagad raya (universe) ini. Melalui tafakur dan tadabur terhadap ciptaan Tuhan di jagad raya, manusia akan mengenal tempatnya dengan baik di antara makhluk-makhluk ciptaan Tuhan. Pengenalan terhadap posisi manusia di antara makhluk-makhluk-Nya ini yang oleh Muhammad Fadil al-Jamali dimasukkan sebagai salah satu tujuan pendidikan dalam Islam.
Dalam perspektif Al-Qur’an, alam diciptakan untuk manusia dan salah satu misi diciptakannya manusia adalah untuk mengelolah dan memakmurkan alam dengan sebaik-baiknya. Tugas ini merupakan bagian dari bentuk pengabdian manusia sebagai khalifah kepada penciptanya. Agar dapat mengolah dan memakmurkan alam, manusia perlu mengalami proses pendidikan, di mana alam telah menyediakan beragam fasilitas untuk kepentingan pendidikan ini.
Apa saja yang disediakan alam dapat difungsikan sebagai materi ajar atau sumber belajar sekaligus sebagai media pembelajaran. Dalam surah Ali Imran (3)  ayat 190 – 191 Allah berfirman:
Artinya :
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi dan perbedaan malam dan siang merupakan tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau sedang berbaring dan memikirkan penciptaan langit dan bumi…” (Q.S. Ali Imran (3) : 190-191)
Langit, bumi, siang dan malam disebut sebagai tanda-tanda atau ayat-ayatNya. Begitu juga apa saja yang ada di alam merupakan tanda-tanda akan kekuasaan dan adanya Allah. Untuk mengenal Allah sebagai pemilik alam, jalan yang paling dekat adalah dengan mempelajari tanda-tanda Allah di alam tersebut.
Syekh Makarim al-Syirazi dalam tafsir al-Amtsal ketika menafsirkan kalimat rabbul ‘alamin mengatakan bahwa rububiyatullah thariqun li ma’rifatillah. Salah satu jalan untuk mengenal Allah adalah dengan memperhatikan (mempelajari) bagaimana Allah menciptakan dan memelihara alam semesta. Allah mendidik manusia agar mempelajari bagaimana Allah menciptakan dan memelihara makhluk-makhlukNya yang bertebaran di jagat raya ini.
Studi terhadap makhluk-makhluk Allah di jagat raya (universe) ini telah terbukti mampu melahirkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang ada saat ini. Dalam konteks aliran filsafat pendidikan Naturalisme, pengenalan siswa secara langsung terhadap alam dengan berbagai bentuknya, akan melahirkan pemahaman yang jauh lebih baik terhadap obyek yang dipelajari dari pada membaca buku di dalam kelas.















Tugas Individu : Pengantar Pendidikan
Nama                 : Nuraisyah Basar
NIM                   : 10536 2510 08
No. Urut                        : 52

“NATURALISME”

Pandangan yang ada bersamaan dengan nativisme adala aliran naturlisme yang dipelopori oleh J.J Rousseau (1712 – 1778) seorang filsuf bangsa Perancis dengan aliran Naturalismenya. Ia berpedapat dalam bukunya emile : bahwa “semua adalah baik pada waktu baru datang dari tangan sang pencipta, tetapi semua menjadi buruk di tangan manusia.”
Berbeda dengan shopenhaner, JJ Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik dan tidak satupun dengan pembawan yang buruk. Namun pembawaan baik itu akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan.
JJ. Rosseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan oleh seorang dewasa malahan dapat merusak pembawaan anak yang baik itu. Aliran ini juga disebut aliran negativisme. Karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak didik diserahkan saja pada alam.
Dengan kata lain, pendidikan tidak diperlukan, yang disalahkan adalah menyerahkan anak didik ke alam, agar pembawan baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan itu.
JJ.Rousseau ngin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat. Sehingga kebaikan anak-anak yang diperoleh secara alamiyah sejak saat kelahirannya itu dapat berkembang secara spontan dan bebas. Mengusulakn adanya permainan bebas pada anak didik yaitu untuk mengembangkan pembawaan, kemampuan, dan kecenderungan.
Pendidikan harus dijauhkan dalam perkebangan anak, karena hal yang bersifat dibuat-buat dan dapat membawa anak kembali ke arah yang mempertahankan segala yang baik. Seperti diketahui, gagasan naturalisme yan menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini malahan terbukti sebaliknya pendidikan semakin lama semakin diperlukan.

Tugas Individu : Pengantar Pendidikan
Nama                 : Nur Ida H
NIM                   : 10536 03860 10
No. Urut                        : 19

Naturalisme
Naturalisme adalah posisi filosofil yang menyatakan bahwa semua yang ada adalah alam dengan kata lain, merupakan bagian dari spatio-proses temporal alam-atau, bahwa jika ada semacam objek nonnatural munkin ada diketahui hanya melalui dampaknya dalam alam. Segala sesuatu yang bisa dialami adalah dalam sptio-urutan temporer alam.
Sebagai sistem temporer alam, alam memilik tingkat keteraturan yang membuatnya dapat dimengerti, tetapi tidak dapat djelaskan secara keseluruhan. Nilai-nilai moral, bagaimanapun, mungkin muncul dalam hubungan antar manusia sebagai salah satu bagian dari alam dan sisanya dari alam. Sebagai bagian dari alam, manui tunduk pada proses alami yang sah, intelijen munculdari kehidupan aktif dari organisme dalam alam.
Perbedaan pandangan yang diadakan dalam naturalisme mengenai umum dari alam, yaitu ;
1.      Naturalisme Reduksionistik
Yang didominasi selama 17, 18, dan 19 abad, menyatakan bahwa semua benda alam direduksi untuk objek yang ditandai dengan ilmu fisik nature. Alam merupakan sistem yang ditentukan, dan manusia sebagai bagian dari alam yang ditentukan.
2.      Naturalisme Kontemporer
Menyatakan bahwa, semua benda yang berpengalaman dan kualitas sama-sama nyata dalam alam. Sebagai bgian dari alam,manusia nyata spontanitas dan kebebasan. Metode ilmiah sebagai metode penyelidik alam adalah cara menangani setiap konten yang menyatakan dirinya di dalam alam.

Anak merupakan objek utama dari pendidikan dan di dalam anak mempunyai pembawaan yang di ebut bakat. Adapun aliran yang berpendapat bahwa pembawaan itu berperan pada perkembangan sebagai berikut;
1.      Aliran Nativisme
Perkembangan seorang anak ditentukan oleh pembawaannya.
2.      Aliran Naturalisme (JJ Rousseu)
Anak itu lahir sesuai dengan alamnya sendiri.
3.      Aliran Predestinasi/Predeterminasi
Perkembangan anak ditentukan oleh nasibnya.
Sedangkan aliran tentang lingkungan berperan pada perkembangan adalah sebagai berikut;
a.       Teori Tabularasa (John Lock)
“Anak dilahirkan dalam keadaan bersih, tidak ada pembawaan apa-apa seperti sehelai kertas yang masih kosong.”
b.      Emanual Kant
“Manusia tidak lain adalah hasil dari pendidikan, oleh karena itu berarti bahwa pendidikan sanggup membuat yang bagaimana saja.”
Menurut Wilhelm yang terkenal dengan teori konvergensinya “perkembangan anak itu tidak hanya ditentukan oleh pembawaannya saja dan juga tidak lingkungannya saja.
Aspek perkembangan anak sejak ia dibentuk hingga mencapai kedewsaan diantaranya; perkembangan motorik, ingatan, pengamatan, dan inovasi perkembangan berpikir dan kepribadian serta kedewasaan.
Dalam suatu pendidikan terdapat pula suatu lingkungan yang biasa kita sebut “Tri Pusat Pendidikan”, yaitu;
·           Lingkungan keluarga     : merupakan lingkungan pendidikan yang pertama karena dalam keluargalah seorang anak pertama-tama mendapatkan pendidikan.
·           Lingkungan sekolah      : merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga dan merupakan lanjutan pendidikan dalam keluarga serta merupakan jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan keluarga dan masyarakat.
·         Lingkungan masyarakat            : apabila anak tidak di bawah pengawasan orang tua dan anggota keluarga serta tidak di bawah pengawasan guru dan petugas sekolah yang lain. Lingkungan ini tidak berperan dalam mendidik hanya memberi pengaruh.
Selain yang di atas, dapat pula dibedakan ;
Lingkungan alam : lingkungan yang bersifat klimaologis, gografis, dan keadaan tanah. Dan lingkungan sosial : lingkungan yang i bagi atas 2, yakni sosial keluarga dan masyarakat.

Tugas Individu : Pengantar Pendidikan
Nama                 : Rahmiyanti
NIM                   : 10536 03861 10
No. Urut                        : 20

Teori tentang perkembangan manusia “Naturalisme”

Teori Naturalisme di kemukakan oleh JJ Rousseau (seorang filsuf bangsa perancis, 1712-1778). Ia berpendapat dalam bukunya Emile, bahwa “semua adalah baik padawaktu  baru datang dari tanga sang pencipta, tetapi semua menjadi buruk ditangan manusia”. Teori Naturalisme ini memiliki sedikit persaman dengan teori Nativisme yang dikemukakan oleh Schopen hauer (seorang fisuf jerman, 1788-1860) yang berpendapat bahwa “semua anak yang baru lahir mempunyai pembawaan yang baik, tidak ada seorang anak pun yang l;ahir dangan pembawaan buruk”.
Dalam teori Naturalisme dikenal aliran yang disebut Negativisme dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan karena pendidik hanya wajib membiarkan pertumbuhan anak didik dengan sendirinya, selanjutnya diserahkan pada alam.
Rousseau mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaan, kemampuan, dan kecenderungan. Pandidikan harus dijauhkan dalam perkembangan anak agar anak dapat terhindar dari hal yang bersifat dibuat-buat dan dapat membawa anak kembali ke alam untuk  mempertahankan segala hal baik yang telah diberikan oleh tangan sang pencipta